Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Selasa, 06 April 2010

Menumbuhkan Kembali Kesadaran Kritis Mahasiswa

Guntur Akbar
(Tulisan ini di ambil dari tor Training Proletar Kom. Tarbiyah 2008)


Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dideklarasikan pada tahun 1945 oleh Sukarno dan Hatta merupakan karunia terbesar bagi bangsa ini. Sekian lama dijajah, selama itu juga rakyat Indonesia berjuang dengan jiwa dan raganya untuk merebut kembali tanah air dari tangan-tangan penjajah. Berbicara masalah perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan, kita tidak akan terlepas dari gerakan-gerakan sosial yang ada saat itu, salah satunya gerakan mahasiswa yang terbentuk dalam organisasi pemuda. Seperti gerakan Budi Oetomo ( 1908 ), Perhimpunan Indonesia, dan dari gerakan inilah muncullah beberapa kelompok studi yang berproses menjadi sebuah pemikiran dan pergerakan yang kemudian keluarlah momentum bersejarah yakni Sumpah Pemuda.



Semangat para pemuda pada zaman kemerdekaan tidak berhenti dengan tercapainya kemerdekaan dan tidak juga hilang ditelan sejarah. Spirit para pemuda tersebut mengalir kepada para mahasiswa, sebut saja terbentuknya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia sebagai kontrol pemerintahan Soekarno yang mulai yang keluar jalur demokrasi menjadi otoriteranisme. Sejarah peran mahasiswa sebagai kontrol pemerintah berulang lagi hingga pada rezim orde baru sebelum masa reformasi. Runtuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 adalah bukti bahwa mahasiswa pada waktu itu menjadi contoh bahwa mahasiswa mempunyai peran yang sangat urgen bagi majunya negara indonesia.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah imbas dari ketidakpuasan mereka terhadap rezim yang tidak lagi memihak kepada kepntingan-kepentingan rakyat, sehingga menjadi tuntutuan agar reformasi segera dilaksanakan.
Pemerintahan reformasi telah berjalan, akan tetapi kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat semakin mendalam, perubahan yang diharapkan oleh rakyat dan tuntutan yang yang dikehendaki mahasiswa hanya sekedar perubahan orang-orang yang ada pada tingkat elit politik pemerintahan. Pemerintahan yang baru hanya bisa menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan orang-orang yang mempunyai kepentingan. Hak-hak rakyat kecil semakin di singkirkan dan tidak diperjuangkan, masyarakat miskin kota dan kaum miskin lainnya semakin tersisih dan dianggap sebagai sampah yang hanya menjadi beban bagi negara. Ini terbukti dengan semakin banyaknya pembangunan-pembangunan fisik yang sama sekali tidak berguna dengan barbagai macam alasan dan dalih, lagi-lagi orang-orang miskin hanya menjadi korban dengan adanya penggusuran-pengusuran, dan kebijakan-kebijakan yang ”sok” mementingkan rakyat padahal tidak sama sekali.
Pergantian pemerintahan orde baru bukanlah sebuah solusi, karena elit-elit politik yang ada di dalamnya adalah ”murid-murid” yang patuh pada guru-guru mereka yakni para antek-antek orde baru. Para murid yang hanya bisa menjalankan apa yang pernah ”diajarkan” oleh guru mereka, dan layaknya seorang murid yang patuh mereka harus mencontoh dan mentauladani guru mereka. Dan sekali lagi, reformasi telah gagal dan tuntutan para mahasiswa agar terjadinya perubahan menuju kearah yang lebih tidak terpenuhi.
Salah satu gerakan mahasiswa yang tidak hanya menghendaki pegantian presiden yakni HMI MPO, para aktivis yang ada didalamnya menuntut agar perubahan tidak hanya terjadi pada pergantian orang-orang yang ada pada elit pemerintahan akan tetapi semua sistem yang ada dalam pemerintahan agar segera di ganti, dan revolusi adalah sebuah pilihan yang diyakini bisa mengobati dan memulihkan stbilitas negara kita yang sudah jauh dari masyarakat yang tamaddun, masyarakat yang sejahtera dengan pemerintahan yang berpihak pada kaum miskin dan mensejahterakan rakyat miskin.
Reformasi telah lama berlalu dan pemerintahan telah mengalami berapa kali pergantian, perubahan-perubahan banyak terjadi dalam berberapa aspeknya. Perjuangan dan pergerakan mahasiswa pada masa orde baru dan sebelum reformasi hanya tinggal menjadi cerita dan kenangan bagi para mahasiswa, bahwa dulunya mahasiswa mempunyai peran yang penting bagi kemajuan dan perubahan bangsa kita ini.
Mahasiswa juga semakin terlena dengan kondisi sekarang ini seakan-akan mereka ditidurkan dan dibutakan dengan kondisi real soial yang ada di sekitar mereka. Para mahasiswa telah lupa dengan tugas utama mereka yakni sebagi control sosial yang berperan bagi kemajuan dan perubahan. Kebijakan-kebijakan pemerintah serta peraturan-peraturan kampus yang semakin mendukung bagi mahasiswa untuk tetap diam dan duduk manis di kamar mengerjakan tugas-tugas dari dosen supaya mereka cepat lulus dan mendapat gelar sarjana. Secara tidak sadar, mahasiswa dibatasi geraknya dan dilenakan dari kondisi yang ada disekitar mereka. mahasiswa sekarang bagaikan sekor ayam jago yang kehilangan tajinya, dan tak bisa berbuat apa-apa kecuali bersikap seperti ayam betina yang hanya bisa mencari makan dan menjadi korban ayam jantan yang lebih kuat.
Spirit dan perjuangan para pendahulunya seakan hanya sebuah dongeng sebelum tidur dan tidak bisa menjadi motivasi bagi mereka untuk tetap berjuang bagi masyarakat. Duduk manis mendengarkan ocehan dosen adalah hal yang lebih berharga dibandingkan dengan diskusi dan mencoba untuk melihat kebijakan yang berat sebelah serta mencoba untuk mencari solusi yang konstruktif bagi masyarakat.
Keadaan telah berubah dan sejarah takkan mungkin terulang akan tetapi sprit yang dulu pernah dibangun oleh para mahasiswa setidaknya bisa membangunkan kita dari tidur dan keterlenaan kita, mengingatkan kita dari kelupaan bahwa mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang tidak hanya sekedar belajar dan menelaah buku akan tetapi lebih dari itu mahasiswa menjadi barometer bagi sebuah perubahan progressif dan kritis terhadap kebejikan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat kecil.
Mahasiswa yang mempunyai kadar intelektual lebih dari masyarakat biasa dituntut untuk tetap peka dengan keadaan dan tetap bergerak serta bisa menghasilkan dobrakan-dobrakan yang revolusioner membawa kemajuan bagi dirinya dan masyarakat serta negara. Bahkan bagi para mahasiswa perjuangan yang akan dihadapi bukan hanya sekedar kritis terhadap kondisi politik kampus, lebih dari itu mencari penyebab keterbelakangan kondisi negara dan masyarakat serta turut bertanggung jawab untuk mencari solusi yang bisa membuat masyarakat dan negara ini maju dan berperadaban.
Peraturan dan kebijakan-kebijakan kampus yang ada, setidakanya tidak menjadikan nyali para aktivis ciut untuk tetap bergerak dan berjuang, serta tidak terjebak dalam birokrasi kampus dan permainan politik pendidikan. Dan sebaliknya hal ini bisa menjadi pemicu bagi mahasiswa untuk tetap cepat tanggap dan kritis dengan keadaan.

1 komentar:

Posting Komentar