Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Minggu, 10 Januari 2010

Terima Kasih

Puji Syukur pada Allah Rabb semesta Alam yang telah menganugrahkan kehidupan dengan cahaya iman dan islam.
Sholawat dan salam pada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, melalui kegigihan dan kesabarannya maka peradaban Islam hingga kini bisa kita nikmati...

Ada pertemuan ada perpisahan itulah sunnatullah yang berlaku dalm kehidupan ini, tak terasa satu tahun sudah kepngurusan HMI KOMFAK Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga berlangsung. Kami dilantik pada bulan November dan Selesai melaksanakn RAK XLII pada awal januari ini tepatnya tanggal 03 Januari 2010.

Dalam satu tahun kepengurusan kami, banyak sudah yang telah didapatkan, berbagai macam persaan silih berganti dalam melalui dinamika kehidupan di Komisariat, kadang senyum getir, kadang senyum sumringah menghias bibir kami, tak jarang juga kami tertawa senang, atau menitikkan air mata. Itulah segenap perasaan Kami selaku pengurus untuk terus menjalankan amanah ini, titipan dari pendahulu untuk generasi masa datang.

dalam satu kepengurusan mungkin tak ada prestasi gemilang yang kami raih, dan usaha kami pun masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, masih ada yang kami lakukan untuk Komisariat yang tercinta ini walaupun hanya sedikit.

Maaf kami, selaku Pengurus untuk semua Alumni, Pasca Struktur, dan seluruh Anggota HMI Komisariat tarbiyah atas segala bentuk kekurangan dan kekhilafan.
rasa terima kasih kami juga selalu teriring buat semuanya yang telah turut berpartisipasi dalam menjalankan roda kepengurusan, atas segala sumbangannya baik materil maupun moril kami hanya bisa berso'a semoga Allah membalas semua Ibadah dan perjuangannya selama ini.

buat generasi selanjutnya... tetap istiqomah, selalu bersyukur dan ikhlas serta selalu yakin akan usaha sampai.

Read More......

Padamu Ibu

oleh: Guntur Akbar

Puisi ini adalah karay Yahya A. S di terjemahkan ke bahasa Arab Oleh Guntur, dan ini di persembahkan buat seluruh ibu yang ada diatas dunia yang telah melahirkan dan meneruskan generasi baru dalam setiap kehidupan didunia...
Peradaban yang agung berada di tangan seorang ibu. Ibu adalah seorang perempuan suci nan agung, dan buat seluruh perempuan salam hormat dari kami yang selalu membuat kalian susah.....


اليك يا امي
والشمس ههنا ما زالت فى المشرق طلعت
جا ءت الليلة و النجوم خرجت
و الظلم فى الليلة إختبئت
والحيوان ما زال يتصوت

و ليس ما فى نفسي وقلبي شعور الشوق
ولن يضيع من بعيد فى أو فر الأشواق
وليست بخضر الجبال و جمال الأشجار لا أشوق

بل إنتظرى واصبرى يا أمي
لا تبغضي ولا تغضبي
إلى حمام صغير فى وسعه
يعيش فى ألف زمان وحضا راته
والشمس سأربطها
على كتفي لك و لنا
ولهديئة الجبال وجما ل الأشجار امام بيتنا

Diterjemahkan oleh: Al – Basmahi
dari karya Y. A Saputra
Anak Berkata Pada Ibunya di Perantauan

Disinipun matahari masih datang dari timur
bintang baru keluar ketika malam
malam tetap membawa gelap
dan satwa masih bersuara

Bukan tak ada perasaan belas rindu
dalam keriduan dari kejauhan
bukan tiada rasa kangen pada hijau
di perbukitan serta rindangnya pepohonan

Tunggu dan sabarlah Ibu
jangan marah dan murka
pada merpati belia yang menerjang
seribu peradaban zaman

kan kuikat matahari
di pundakku untukmu untuk kita
dan untuk permainya bukit
dan pelataran kaya di depan rumah kita
karya Yahya Andi Saputra
( Disadur dari majalah Panji Masyarakat )

Read More......

Agen dan Perubahan Sosial

Oleh: Nurwakhid
(Ketua KORKOM UIN SUKA 2009-2010)
Disampaikan dalam diskusi PTKM HMI Tarbiyah


Bila kita mengamati perubahan yang terjadi di mana saja, tentunya tidak begitu saja terjadi. Pasti ada yang menggerakkan (agen, sekelompok orang) dan ada permasalahan yang melatarbelakangi atau keadaan kemanusiaan (human condition) dimasa itu. Indentifikasi terhadap persoalan yang sedang dihadapi perlu dilakukan, guna untuk mencari akar persoalan, kemudian dimungkinkan untuk dilakukan kajian lebih dalam lagi mengenai jalan keluarnya yang mesti dilakukan.

Jika dikelompokkan perubahan sosial dapat dilakukan dengan tiga cara mulai dari evolutif (secara alamiah dan lambat), tranformasi sosial (perubahan yang dibawa oleh rakyat) sampai refolusi (cepat dan secara keseluruhan) sekali pun bisa dilakukan, tetapi tergantung seberapa besar kekuatan itu akan mengubah kondisi sosial.
Perubahan secara evolutif dapat kita ambil dari pola kehidupan masyarakat berburu dan meramu. Perubahan yang terjadi sangat lambat sekali, untuk memenuhi kebutuhan penghidupan masyarakat dilakukan dengan berburu, bila alam sudah tidak memberikan mereka makanan, yang dilakukan mencari lahan penghidupan yang baru. Proses perubahan yang terjadi cukup lamban sekali, ini didasari oleh kondisi alam yang berlimpah ruah sebagai sumber penghidupan dan pola pikir masyarakat pada waktu itu. Dan perubahan yang terjadi timbul dari sumber daya alam yang terbatas, bukan atas dasar pemenuhan kebutuhan.
Tranformasi sosial dimulai dari kesadaran rakyat terhadap kondisi yang mereka alami, kemudian terakumulasi menjadi daya penggerak untuk melakukan perubahan. Masyarakat bercocok tanam dapat masuk pada klasifikasi ini. Perubahan masyarakat dari berburu dan meramu ke masyarakat bercocok tanam didasari oleh kebutuhan hidup dan sumber saya alam yang terbatas. Bercocok tanam sebagai jalan untuk memproduksi bahan-bahan makanan dan secara kesadaran pemenuhan kebutuhan manusia tidak terbatas itu dapat diproduksi dengan memanfaatkan alam dan tenaga manusia. Tingginya kebutuhan masyarakat dibandingkan sumber daya alam yang tersedia menjadi agen perubahan dimulai dari kesadaran masyarakat.
Perubahan secara Refolusi dapat kita dilihat di dunia Amerika Latin dan sebagian daerah dikawasan jazirah arab (Iran). Perubahan terhadap sistem dan struktur yang mengatur dan memerintah rakyat seluruhnya dirubah digantikan dengan sistem dan struktur yang baru. misalnya dari kapitalisme ke sosialis, dari teokrasi ke demokrasi dan lain sebagainya.
Lalu dimana kira-kira peran agen atau siapa agen perubahan itu?
Secara khusus Ali Syari’ati mengidentifikasi kelompok orang-orang yang tercerahkan berasal dari golongan orang yang sadar akan “keadaan kemanusiaan” (human condition) di masanya. Kesadaran semacam itu dengan sendirinya akan memberikan rasa tanggungjawab sosial. Pada prinsipnya, kata Syari’ati, tanggungjawab dan peranan orang-orang masa kini yang tercerahkan di dunia ini sama dengan tanggungjawab dan pranan para nabi dan pendiri agama-agama besar – yaitu para pemimpin yang mendorong terwujudnya perubahan-perubahan struktural yang mendasar di masa lampau.
Peran rausanfikr dalam perubahan masyarakat dalam pemikiran Ali Syari’ati, sebangun dengan apa yang pernah dibayangkan oleh Antonio Gramsci tentang intelektual organik. Gramsci memetakan potensi intelektual menjadi dua kategori, yaitu itelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional berkutat pada persoalan yang bersifat otonom dan digerakkan oleh proses produksi, sebaliknya intelektual organik adalah mereka yang memiliki kemampuan sebagai organisator politik yang menyadari identitas dari yang diwakili dan mewakili. Intelektual organik itu, menurut Gramsci, tidak harus mereka yang fasih berbicara dan berpenampilan seorang intelektual, tetapi lebih dari itu, yaitu mereka yang aktif berpartisipasi dalam kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasehat tetap, namun juga unggul dalam semangat matematis yang abstrak. Bagi Syari’ati, rausanfikr adalah kunci pemikirannya karena tidak ada harapan untuk perubahan tanpa peran dari mereka. Mereka adalah agen perubahan sosial yang nyata, karena pilihan jalan mereka adalah meninggalkan menara gading intelektualisme dan turun untuk terlibat dalam problem-problem real masyarakat. Mereka adalah katalis yang meradikalisasi massa yang sedang tidur panjang menuju revolusi melawan penindas. Masyarakat dapat mencapai lompatan kreatifitas yang tinggi menuju perubahan fundamental struktur sosial-politik akibat peran katalis rausanfikr.
Tulisan ini dibuat tanggal 19 november 2009 untuk diskusi HMI Komfak Tarbiyah.
Sumber rujukan:
Ali Syari’ati, Membangun Masa Depan Islam: Pesan Untuk Para Intelektual Muslim, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1998).
Made Pramono, “Melacak Basis Epitemologi Antonio Gramsci”, dalam Listiyono Santoso (ed.), Epitemologi Kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003).
Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist, 1999).

Read More......

MANUSIA DIALOGIS

oleh: Guntur Akbar
(Kader Tarbiyah)

Tulisan dibawah ini adalah ringkasan murni ringkasan dari buku pedagogy of oppressed Paulo Freire, dan ini bertutur tentang bagaimana pendidikan bisa di lewati dengan proses dialog, karena sudah menjadi kodratnya manusia harus di hargai dan tidak bisa dipaksakan menerima seala sesuatunya dengan pemaksaan, dan dialog merupak sebuah proses yang sangat efektif dalam menciptakan hubungan yang dinamis anatr individu memungkinkan unuk terjadinya proses transformasi. Dan seperti tulisan diwah inilah Freire menggambarkan tentang dialog itu.


Jika kita mencoba untuk menganalisa dialog sebagai suatu gejala manusiawi, kita akan menemukan sesuatu yang meruupakan hakekat dari dialog itu sendiri yaitu, kata. Didalam kata kita akan menemukan dua dimensi, refleksi, dan tindakan. Dengan demikian dengan mengucapkan kata sejati adalah mengubah dunia. Bila sebuah kata dihilangkan dimensi tindakannya, dengan, dengan sendirinya refleksi dirugikan dan kata itu menjadi omong kosong menjadi verbalisme. Jika tindakan ditekankan secara berlebihandengan merugikan refleksi, kata itu berubah menjadi aktivisme. Mengada, secara manusiawi, adalah menamai dunia, mengubahnya. Manusia tidak di ciptakan dalam kebisuan tetapi dalam kata, karya, dalam tindakan refleksi. Sementara mengucapkan kata yang benaradalah mengubah dunia, maka dengan mengucapkan kata tersebuat bukanlah hak istemewa sebagian elit manusia, akan tetapi menjadi hak semua manusia yang hidup diatas bumi ini.
Dialog adalahbentuk perjumpaan di antara manusia, dengan perantaraan dunia, dalam rangka mengubah dunia. Dialog dengan demikian merupakan kebutuhan eksistensial. Dialog adalah suatu laku penciptaan dan tidak sebagai sebuah bentuk dominasi seseorang terhadapa orang lain.
Dialog tidak dapat berlangsung, setidaknya dengan tiga hal:
Yang pertama, adalah rasa cinta yang mendalam terhadapa dunia dan terhadap sesama manusia. Dan cinta merupakan dasar bagi dialog itu sendiri, serta dialog itu sendiri. Karena cinta merupakan sebuah laku keberanian, bukan ketakutan, maka cinta adalah pemihakan terhadap orang lain. Tidak perduli dimana kaum tertindas di temukan, maka laku mencintai adalah pemihakan kepada perjuangan mereka, perjuangan bagi pembebasan. Sebagai laku keberanian, cinta tidak boleh menjadi sentimental, sebagai laku kebebasan, ia tidak boleh dijadikan alat memanipulasi. Yang kedua, adalah kerendahan hati.penamaan dunia dimana manusia secara terus menerus menciptakan kembali dunia, dan itu tidak mungkin ada jika ada laku kesombongan. Dialog akan rusak jika para pelakunya tidak memiliki sikap kerendahan hati. Yang ketiga, adalah adanya keyakinan yang mendalam terhadap diri manusia. Keyakinan untuk dapat m,embuat dan membuat kembali, mencipta dan mencipta kembali, keyakinan akan fitrahnya untuk menjadi manusia seutuhnya. Keyakinan terhadap diri manusia adalah prasyarat a priori bagi dialog. Manusia dialogis percaya pada orang lain bahkan sebelum ia bertatap muka dengan orang lain. Manusia dialogis bersifat kritis dan tahu bahwa walaupun dalam dalam diri manusia terdapat kekuatan untuk mengubah dan mencipta, namun dalam suatu kondisi nyata lainnya ia juga sadar bahwa kemampuan itu mungkin saja salah dalam mengunakannya.
Mendasarkan dialog atas cinta, kerndahan hati, dan keyakinan, maka ia akan menjadi sebuah bentuk hubungan horizontal dimana sikap saling mempercayai antara para pelakunya merupakan sebuah konsekuensi yang logis. Dan merupakan kontradiksi dalam manusia jika dialog justru tidak menghasilkan suatu iklim saling mempercayai.

Read More......